Pendiri Microsoft, Bill Gates di saat muda. (Foto: Bill Gates via Facebook)
Tingkat pendidikan bukanlah faktor utama penentu kesuksesan. Pasti Anda sering mendengar pepatah semacam ini sebagai motivasi untuk mengejar impian yang dianggap terlalu tinggi.
Di luar sana, ada beberapa orang yang berhasil membuktikan kalimat tersebut dengan meraih kesuksesan besar tanpa memiliki ijazah sarjana di koleksi dokumen pribadinya. Tetapi, tak ada jaminan pula dengan tidak kuliah atau drop out, bisa membuat seseorang jadi sukses. Semua tergantung pada kerja keras dan strategi jitu dalam mengembangkan bisnis.
Dalam industri teknologi sendiri, sudah dikenal beberapa nama besar yang sukses mengejar ambisi mereka serta membangun produk inovatif tak terbantahkan bagi industri. Di antara mereka adalah pendiri merek populer Dell, Facebook, Apple, Twitter, WhatsApp, hingga Spotify. Bahkan, salah satunya adalah orang terkaya di dunia, siapa lagi kalau bukan pendiri Microsoft, Bill Gates.
Berikut ini daftar 10 orang yang berhenti kuliah untuk mengejar ambisinya, dan berhasil mengejar ambisi yang memberi pengaruh pada dunia.
1. Bill Gates
Dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia versi Forbes, Bill Gates tidak mendapatkan predikat itu dengan gelar sarjana di tangannya. Gates kuliah di Universitas Harvard pada 1973, kemudian keluar dua tahun setelahnya untuk mendirikan Microsoft bersama Paul Allen.
Bill Gates, pendiri Microsoft. (Foto: Bill Gates via Facebook)
Gates menjadi CEO Microsoft hingga 2000, kemudian beralih menjadi Chairman pada tahun itu. Sekarang, ia bertugas sebagai penasihat teknologi untuk CEO Microsoft, Satya Nadella, sekaligus fokus terhadap kegiatan amalnya dalam Bill and Melinda Gates Foundation.
Pada tahun 2007, Gates menerima gelar kehormatan dari Harvard, juga memberikan pidato dalam acara wisuda pemberian gelar tersebut. Kekayaan Gates saat ini ditaksir sekitar 85,7 miliar dolar AS atau setara Rp 1.100 triliun!
2. Michael Dell
Dell merupakan nama yang populer dalam industri komputer seantero dunia. Pendirinya, Michael Dell, berstatus sebagai mahasiswa baru saat ia memutuskan keluar dari kampusnya, Universitas Texas di Austin, Amerika Serikat.
Mungkin keluarnya Dell disebabkan oleh bidang studi yang diambilnya, yaitu biologi. Karena seperti diketahui ia sukses besar kemudian hari di bidang teknologi.
Michael Dell bersama istrinya. (Foto: Michael Dell via Facebook)
Pada 1984, Dell mendirikan Dell Computer Corp dan mengembangkannya menjadi raksasa komputer bernilai miliaran dolar AS selama lebih dari 30 tahun ke depannya. Dell menjadi CEO perusahaan termuda yang masuk ke dalam daftar 500 Fortune pada 1992.
Saat ini, Dell masih menjabat sebagai CEO dan Chairman perusahaan. Kekayaan Dell ditaksir mencapai 20,5 miliar dolar AS, setara Rp 274,1 triliun.
3. Mark Zuckerberg
Mark Zuckerberg berhenti kuliah di Universitas Harvard pada 2005 untuk fokus mengembangkan situs jejaring sosial yang saat ini sangat populer, Facebook. Hingga saat ini, pria berusia 32 tahun yang menikahi Priscilla Chan itu masih menjabat sebagai CEO Facebook, juga aktif dalam bidang kemanusiaan bersama istrinya dengan organisasi Chan Zuckerberg Initiative.
Facebook melakukan penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offering) pada 2012 lalu dan kini bernilai lebih dari 200 miliar dolar AS. Hingga kuartal empat 2016, pengguna Facebook sudah mencapai 1,86 miliar pengguna aktif per bulannya.
CEO dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. (Foto: Mark Zuckerberg via Facebook)
Setelah 12 tahun berhenti kuliah, Zuckerberg kembali ke Harvard untuk menerima gelar kehormatan yang diberikan kepadanya. Sama seperti Gates, Zuckerberg juga akan memberikan pidato pada acara wisuda penyerahan gelar tersebut.
Kini, kekayaan Zuckerberg mencapai 56,7 miliar dolar AS atau setara Rp 757,2 triliun.
4. Steve Jobs
Apple adalah perusahaan paling bernilai di dunia. Itu masih berlaku sampai detik ini. Mereka memproduksi ponsel pintar, perangkat komputer, dan menyediakan konten digital. Salah satu pendirinya, Steve Jobs, memutuskan untuk meninggalkan kegiatan kuliahnya di Universitas Reed pada 1972, hanya enam bulan setelah masuk kuliah.
Kemudian ia mendirikan Apple bersama Steve Wozniak pada 1976, perusahaan yang merevolusi perangkat komputer, musik, dan industri mobile.
Steve Jobs dan iPhone (Foto: AP Photo)
Steve Jobs wafat pada 5 Oktober 2011 akibat penyakit kanker pankreas yang telah lama dideritanya. Saat meninggal, kekayaan Jobs ditaksir mencapai sekitar 7 miliar dolar AS atau setara Rp 93 triliun.
Meski kaya raya, Jobs sempat mengeluarkan pernyataan yang menyentuh, "Menjadi orang terkaya di kuburan tidak penting buat saya. Pergi ke kasur setelah melakukan suatu hal baik, itu baru penting bagi saya."
5. Jack Dorsey
Tweet, mention, dan retweet, adalah istilah-istilah yang kita hapal betul lewat media sosial Twitter. Arus informasi benar-benar sangat cepat berkat Twitter, yang mengandalkan linimasa.
Siapa sangka, salah satu sosok di balik terciptanya platform ini, Jack Dorsey, tidak lulus kuliah tapi berhasil jadi seorang miliarder. Dorsey pernah terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu Sains dan Teknologi Universitas Missouri, kemudian pindah ke Universitas New York, tempat di mana ia berhenti untuk mendirikan Twitter.
Jack Dorsey (Foto: Rebecca Cook/Reuters)
Dorsey kembali menjabat sebagai CEO Twitter pada 2015. Dia sebelumnya pernah menjabat sebagai CEO di awal berdirinya Twitter dan Executive Chairman. Dorsey sekarang juga berperan sebagai pendiri dan CEO Square, sebuah perusahaan pembayaran mobile.
Kekayaan Jack Dorsey saat ini dilaporkan Forbes mencapai 1,44 miliar dolar AS, setara Rp 19,2 triliun.
6. Hiroshi Yamauchi
Perusahaan game populer asal Jepang, Nintendo, didirikan pada 1889 silam dan melahirkan berbagai inovasi di dunia gaming dengan konsol-konsol dan video game yang variatif.
Pada 1949, Nintendo memiliki presiden baru, yaitu Hiroshi Yamauchi, yang memegang jabatan ini selama 53 tahun hingga 2002. Saat mengambilalih kepemimpinan Nintendo yang merupakan bisnis keluarga, Yamauchi meninggalkan kursi kuliahnya di Universitas Waseda.
Hiroshi Yamauchi, Mantan Presiden Nintendo. (Foto: Commons Wikimedia)
Setelah itu, Yamauchi menjabat sebagai Direktur Nintendo hingga 2005 dan benar-benar meninggalkan Nintendo, meski ia masih memiliki saham di sana.
Berkat Yamauchi, Nintendo sukses menjadi perusahaan game besar di dunia dan bernilai miliaran. Perangkat Wii dan Nintendo DS menjadi salah satu kesuksesan terbesar Yamauchi saat masih di Nintendo.
Yamauchi wafat pada 19 September 2013 akibat komplikasi pneumonia di usia 85. Saat itu, kekayaan Yamauchi ditaksir mencapai 2,1 miliar dolar AS, setara Rp 28 triliun.
7. Paul Allen
Namanya sudah disebut di atas. Ya, Paul Allen merupakan pendiri Microsoft bersama Bill Gates pada 1975. Ternyata, keduanya adalah teman semasa SMA di Lakeside School.
Allen masuk Universitas Washington State tetapi berhenti setelah dua tahun kuliah untuk menjadi seorang pemrogram peranti komputer di Honeywell, sebuah perusahaan multinasional asal Amerika Serikat.
Ia kemudian mendirikan Microsoft setelah memiliki kesamaan ide dengan Gates. Pada 1982, Allen meninggalkan Microsoft karena penyakit berat yang dideritanya hingga akhirnya Allen benar-benar mundur dari posisinya sebagai dewan direksi Microsoft pada 2000.
Salah satu pendiri Microsoft, Paul Allen. (Foto: Paul G. Allen via Facebook)
Allen diketahui merupakan pemilik dari klub NFL Seattle Seahawks, NBA Portland Trailblazers, dan salah satu pemilik dari klub MLS, Seattle Sounders FC. Kini kekayaan Paul Allen ditaksir mencapai 19,9 miliar dolar AS, setara Rp 266 triliun.
8. Jan Koum
Siapa yang tak pakai WhatsApp si pembunuh SMS? Aplikasi pesan ini menjadi salah satu platform paling digemari oleh masyarakat dalam berkomunikasi saat ini. Sang pencipta, Jan Koum, diketahui tak menyelesaikan kuliahnya.
CEO dan kreator WhatsApp, Jan Koum. (Foto: Jan Koum via Facebook)
Koum pernah kuliah di Universitas San Jose State jurusan Ilmu Matematika dan Komputer. Tapi, ia keluar dan bekerja di Yahoo selama sembilan tahun sampai 2007.
Bersama Brian Acton yang juga mantan pegawai Yahoo, Koum menciptakan aplikasi pesan instan WhatsApp pada 2009. Kemudian pada 2014, WhatsApp diakuisisi oleh Facebook senilai 19 miliar dolar AS pada 2014. Dari akuisisi ini, Koum dilaporkan meraup 6,8 miliar dolar AS atau setara Rp 91 triliun.
Kekayaan Koum saat ini dilaporkan mencapai 9,7 miliar dolar AS, setara Rp 129,8 triliun.
9. Daniel Ek
Platform streaming musik Spotify asal Swedia baru saja mencapai angka 50 juta pelanggan berbayar di bulan Maret ini, mengalahkan Apple Music. Salah satu otak yang menciptakan platform ini adalah Daniel Ek.
Daniel Ek, CEO Spotify. (Foto: Reuters/Shannon Stapleton)
Pada 2005, Ek meninggalkan studi yang sedang dijalani di Royal Institute Technology, Stockholm, Swedia. Menurut Forbes, Ek hanya mengikuti kuliah selama delapan minggu.
Ia bekerja untuk beberapa situs Internet dan pernah membuat sebuah perusahaan pemasaran online bernama Advertigo. Kemudian ia menjual perusahaan tersebut ke sebuah perusahaan Swedia, TradeDoubler. Lalu, ia bergabung bersama Martin Lorentzon untuk mendirikan Spotify pada 2006.
Kini, Ek menjabat sebagai CEO Spotify dan kekayaannya ditaksir senilai 400 juta dolar AS, setara Rp 5,3 triliun.
10. Ken Dean Lawadinata
Besarnya platform forum internet Kaskus tak bisa dipisahkan dari peran Ken Dean Lawadinata, yang turut membantu membesarkan situs tersebut hingga seperti sekarang. Seperti sepupu dan juga pendiri Kaskus Andrew Darwis, Ken kuliah di sebuah universitas di Seattle, Amerika Serikat, namun ia berhenti setelah enam semester kuliah di sana.
Kemudian Ken resmi bergabung dengan Kaskus dan menjabat sebagai CEO Kaskus pada 2008. Di tahun yang sama, Ken dan Andrew membentuk PT Darta Media Indonesia sebagai basis perusahaan Kaskus.
Pada 2011, Kaskus mendapatkan suntikan dana dari investor yang berasal dari grup Djarum, Global Digital Prima (GDP). Kaskus berkembang pesat, Ken kemudian menjabat sebagai Chairman pada 2014, hingga Kaskus dilaporkan memiliki lebih dari 6 juta pengguna aktif di platform-nya pada 2015.
Buku kisah Ken Dean Lawadinata di Kaskus. (Foto: KASKUS via Twitter)
Namun, kisah Ken dengan Kaskus berakhir pada 2016, di mana ia memilih mundur pada 12 Oktober. Ia menyatakan sudah benar-benar tidak terhubung lagi dengan Kaskus setelah melepas semua sahamnya pada GDP.
Selain besar di Kaskus, Ken mendirikan e-commerce Tororo dan juga sebuah media online untuk ibu dan anak, Smartmama. Ken juga kabarnya berbisnis di bidang properti dan digital consulting work untuk beberapa perusahaan.